Hari ini kamu bolak-balik dengar istilah Black Friday? Apa itu Black Friday?
Merupakan fenomena belanja saat diskon besar pada hari Jumat Hitam (Black Friday). Fenomena ini menyebar dari Amerika Serikat (AS) ke negara-negara lain termasuk Inggris.
Lalu kenapa sih diberi nama Black Friday atau Jumat Hitam? Apa itu Black Friday dan mengapa harus warna hitam? Agak seram ya didengarnya. Tapi istilah hitam itu sama sekali tidak mengarah ke sesuatu yang horor lho!
Menurut sejumlah sumber, “hitam” mengacu pada warna tinta pada laporan keuangan. Pada konteks tersebut, hitam bermakna laba.
Yang seram justru keberadaan tinta “merah”, yang berarti kerugian. Berarti, Black Friday adalah hari yang mengasilkan keuntungan besar bagi pengusaha ritel.
Istilah Black Friday tersebut pada dasarnya populer di Amerika Serikat. Ini berkaitan pula dengan perayaan Hari Thanksgiving.
Di AS, Thanksgiving jatuh pada hari Kamis keempat di bulan November. Kemudian Black Friday jatuh pada sehari setelah Thanksgiving.
Itu berarti, tahun 2019 ini Thanksgiving dirayakan pada hari Kamis (28/11) dan momen Black Friday hadir di hari Jumat (29/11).
Dilansir Detik, Black Friday diadakan tepat setelah Thanksgiving dan menjelang periode Natal.
Hari Thanksgiving adalah hari libur di Amerika dan juga keesokan harinya. Jadi selama masa ini, orang punya empat hari untuk berbelanja, termasuk akhir pekan.
Pada tahun-tahun terakhir ini, toko-toko dibuka lebih awal dan ditutup lebih lama untuk melayani konsumen.
Gagasan ini kemudian menyebar ke berbagai negara, dengan toko-toko memberikan diskon selama satu hari atau bahkan satu minggu.
Diskon ini biasanya terus berlanjut sampai Cyber Monday, yang dilakukan pada Senin setelah Black Friday.
Black Friday di AS sudah menjelma sebagai momen yang sangat ditunggu-tunggu untuk berbelanja karena para peritel pun memberi diskon besar-besaran. Bisa sampai 80%!
Secara khusus, Black Friday memang besar di AS. Namun, sejumlah negara termasuk Indonesia pada prosesnya pun ikut merayakan momen serupa pada setiap tahunnya.
