Google Klarifikasi Kesalahan Kurs Rupiah jadi 8.170 per Dolar AS

Google akhirnya buka suara soal tampilan di mesin pencari yang menunjukkan kurs rupiah terhadap dolar AS berada di angka fantastis. Ya, 8.170,65 per USD. Informasi yang sempat mengejutkan publik ini langsung diklarifikasi oleh Google, yang menyebut bahwa data tersebut berasal dari pihak ketiga dan bukan perhitungan internal mereka.

Dalam pernyataan resminya, Google menjelaskan bahwa mereka segera menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan tersebut begitu laporan ketidakakuratan diterima. “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar rupiah di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” ujar perwakilan Google pada Sabtu, 1 Februari 2025.

BI dan Pengamat Pasar Keuangan Angkat Bicara

Kesalahan tampilan ini tentu saja menimbulkan kehebohan, mengingat nilai tukar rupiah yang ditampilkan jauh dari realitas pasar. Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa angka tersebut keliru. “Level nilai tukar US$/IDR di Google bukan merupakan angka yang seharusnya,” kata Ramdan dalam pernyataan resmi.

Sementara itu, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menduga bahwa anomali ini bisa saja disebabkan oleh serangan peretas (hacker). Menurutnya, peretas mungkin ingin “memainkan” nilai tukar rupiah sebagai bentuk kritik terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto. “Ini bisa jadi ekspresi kekecewaan terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dianggap ambisius,” ujarnya.

Realitas Kurs Rupiah di Pasar

Sehari sebelum insiden ini, pada Jumat, 31 Januari 2025, kurs rupiah ditutup melemah 49 poin atau 0,3 persen menjadi Rp16.305 per dolar AS. Data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan nilai tukar rupiah berada di angka Rp16.312 per dolar AS. Dengan demikian, informasi yang muncul di Google jelas tidak sesuai dengan kondisi nyata di pasar keuangan Indonesia.

Dampak Global dan Tantangan Ekonomi

Di tengah dinamika nilai tukar rupiah, berbagai faktor global juga berpotensi mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, seperti ancaman sanksi terhadap negara-negara anggota BRICS dan perang dagang dengan beberapa negara besar, turut menjadi perhatian pasar. Selain itu, keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga juga bisa berdampak pada nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke depan.

Ibrahim menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar 4,8–5,2 persen, berdasarkan proyeksi Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, menunjukkan bahwa pencapaian target 8 persen masih jauh dari kenyataan. “Kondisi ekonomi menengah ke bawah masih menghadapi tantangan besar, terutama terkait pengangguran dan daya beli masyarakat,” tambahnya, seperti dikutip Tempo.

Kurs Rupiah Sempat Bikin Heboh

Kesalahan data kurs rupiah di Google Search memang sempat menimbulkan kehebohan. Namun, klarifikasi cepat dari Google dan pihak berwenang telah meredakan kebingungan. Insiden ini juga menunjukkan pentingnya verifikasi informasi sebelum menyimpulkan sesuatu yang berpotensi mempengaruhi keputusan ekonomi dan investasi masyarakat. Sementara itu, tantangan ekonomi di 2025 tetap besar. Berbagai faktor domestik dan global yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pelaku bisnis.