Jeju Air: Dari Maskapai Favorit hingga Tragedi di Bandara Muan

Maskapai Terkemuka di Korea Selatan

Jeju Air, salah satu maskapai bertarif rendah terkemuka asal Korea Selatan, kini menjadi sorotan dunia setelah kecelakaan tragis yang terjadi di Bandara Internasional Muan pada 29 Desember 2024. Maskapai yang selama ini dikenal dengan pelayanan terjangkau dan rute domestik hingga internasional, menghadapi salah satu ujian terbesarnya.

Artikel ini menggabungkan informasi tentang keunggulan Jeju Air sebagai maskapai low-cost carrier serta kronologi lengkap dari insiden yang mengakibatkan ratusan korban jiwa.

Tentang Jeju Air

Jeju Air didirikan pada tahun 2005 dan mulai beroperasi pada tahun 2006, berfokus pada rute domestik seperti Pulau Jeju ke Seoul dan Busan. Maskapai ini kemudian memperluas jaringannya ke berbagai negara di Asia seperti Jepang, Cina, Thailand, Vietnam, hingga Indonesia.

Sebagai bagian dari Aekyung Group, Jeju Air dikenal dengan harga tiket yang terjangkau, fleksibilitas layanan tambahan, dan jaringan rute yang luas. Maskapai ini menggunakan armada Boeing 737-800 yang dirancang untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah.

Namun, reputasi maskapai ini mendapat tantangan besar setelah kecelakaan tragis di akhir tahun 2024.

Kronologi Kecelakaan Jeju Air di Bandara Muan

Insiden bermula pada Minggu pagi, 29 Desember 2024. Berikut adalah rangkaian kejadiannya, seperti dilansir Detik:

  1. Peringatan Bird Strike
    Menara pengawas Bandara Internasional Muan mengeluarkan peringatan adanya bird strike pada pukul 08:57 waktu setempat. Peringatan ini mengindikasikan adanya gangguan burung yang dapat membahayakan penerbangan.
  2. Kode Darurat dan Pendaratan
    • Pada pukul 08:58, pilot pesawat memberikan kode darurat mayday dan memutuskan untuk mendarat darurat.
    • Pilot diarahkan mendarat di arah berlawanan di landasan pacu No. 1.
  3. Gagal Mendarat
    • Pesawat tergelincir keluar landasan pada pukul 09:03, tanpa roda pendaratan yang berfungsi.
    • Pesawat menghantam dinding pembatas bandara dan meledak.

Korban dan Operasi Penyelamatan

Hingga kini, jumlah korban tewas dikabarkan mencapai 160 orang, dengan dua orang yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Tim penyelamat masih melakukan pencarian di lokasi kecelakaan, meski dihadapkan pada puing-puing pesawat yang hancur.

Jeju Air Sebelum dan Sesudah Tragedi

Sebelum insiden ini, Jeju Air dikenal sebagai maskapai dengan beberapa keunggulan, seperti:

  • Harga Terjangkau: Cocok untuk pelancong dengan anggaran terbatas.
  • Rute Populer: Melayani rute domestik dan internasional di Asia.
  • Fleksibilitas Layanan: Penumpang dapat memilih layanan tambahan seperti bagasi dan makanan.

Namun, insiden ini menimbulkan pertanyaan besar tentang standar keamanan maskapai, terutama dalam menghadapi situasi darurat seperti bird strike.

Respon Pemerintah Korea Selatan

Sebagai bentuk penghormatan kepada para korban, pemerintah Korea Selatan menetapkan masa berkabung nasional selama tujuh hari. Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi menyampaikan bahwa penyelidikan menyeluruh sedang dilakukan untuk memastikan penyebab utama kecelakaan ini.

Pelajaran Penting dari Tragedi Jeju Air

Kecelakaan ini menjadi pengingat penting tentang perlunya evaluasi menyeluruh terhadap standar keamanan penerbangan. Gangguan bird strike sering menjadi tantangan serius di dunia penerbangan, terutama bagi bandara yang berada di dekat habitat burung.

Selain itu, insiden ini menggarisbawahi pentingnya pelatihan pilot dan kru pesawat dalam menangani situasi darurat, serta kebutuhan untuk meningkatkan infrastruktur bandara agar lebih tanggap terhadap ancaman seperti ini.

Dunia Penerbangan Berduka

Jeju Air selama ini menjadi maskapai yang membantu banyak wisatawan menjelajahi Asia dengan biaya hemat. Namun, tragedi ini mengubah perjalanan maskapai tersebut, sekaligus memberikan pelajaran berharga bagi dunia penerbangan. 7Glitz mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya terkait peristiwa ini.