Fakta Tersembunyi di Balik IPO HYBE Empat Tahun Lalu
Pendiri dan ketua HYBE, Bang Si Hyuk, diduga memperoleh keuntungan sekitar 400 miliar KRW (sekitar 300 juta USD) dari Initial Public Offering (IPO) HYBE pada tahun 2020 melalui perjanjian rahasia dengan dana ekuitas swasta (Private Equity Funds/PEFs). Perjanjian tersebut memberikan Bang hak atas 30% keuntungan dari investasi mereka, tetapi kesepakatan ini tidak diungkapkan dalam proses IPO.
Detail Perjanjian IPO HYBE
Menurut sumber industri keuangan, Bang menandatangani perjanjian dengan Stick Investment, EastStone Equity Partners, dan NewMain Equity sebelum IPO HYBE, yang saat itu bernama BigHit. Dana-dana ini memiliki saham signifikan di HYBE: Stick Investment memegang 12,2%, sedangkan EastStone Equity dan NewMain Equity masing-masing memegang 11,4%. Dalam perjanjian tersebut, Bang berhak menerima 30% dari keuntungan mereka pasca-IPO dan diwajibkan membeli kembali saham mereka beserta bunga jika IPO gagal.
IPO HYBE berhasil dilakukan pada Oktober 2020, menghasilkan keuntungan besar bagi Bang dan para PEF. Misalnya, Stick Investment mengubah investasi sebesar 103,9 miliar KRW menjadi 961,1 miliar KRW, sementara EastStone dan NewMain Equity juga memperoleh keuntungan serupa. Secara total, Bang menerima sekitar 400 miliar KRW dari perjanjian ini.
Kurangnya Transparansi IPO HYBE
Perjanjian semacam ini dianggap langka dan kontroversial, terutama karena tidak diungkapkan selama proses peninjauan IPO oleh Bursa Efek Korea (Korea Exchange) atau dalam laporan pendaftaran sekuritas yang disampaikan ke Badan Pengawas Keuangan (FSS). Lebih lanjut, PEF tidak dikenai periode lock-up, sehingga dapat menjual 23,6% saham mereka senilai 425,8 miliar KRW dalam empat hari pertama perdagangan, yang menyebabkan harga saham HYBE anjlok lebih dari setengahnya.
HYBE menjelaskan bahwa perjanjian tersebut adalah urusan pribadi antar pemegang saham dan tidak merugikan investor publik. Oleh karena itu, mereka tidak diwajibkan untuk mengungkapkan perjanjian ini dalam laporan pendaftaran sekuritas.
Debut IPO dan Dampaknya
IPO HYBE pada 15 Oktober 2020 mencetak rekor, dengan harga pembukaan melonjak dua kali lipat dari harga IPO sebesar 135.000 KRW menjadi 351.000 KRW. Hal ini dipicu oleh popularitas global BTS dan kesuksesan lagu mereka seperti Dynamite. Namun, hanya dalam waktu 30 menit, harga saham mulai turun, ditutup 4,44% lebih rendah pada hari pertama, dan anjlok 22,29% pada hari berikutnya. Dalam seminggu, harga saham turun menjadi 150.000 KRW, kurang dari setengah harga tertinggi awalnya.
Penjualan besar-besaran oleh PEF, yang tidak terikat oleh periode lock-up, memperparah penurunan harga saham. Stick Investment, misalnya, menjual 9,72% sahamnya tetapi secara sukarela memberlakukan periode lock-up selama tiga bulan untuk 70% kepemilikannya. Sementara itu, EastStone Equity dan NewMain Equity tidak memberlakukan lock-up sama sekali.
Implikasi Regulasi dan Hukum
Bursa Efek Korea mengaku tidak mengetahui perjanjian pemegang saham antara Bang dan PEF selama proses peninjauan IPO. Seorang pejabat menyatakan, “Jika ada perjanjian semacam itu, seharusnya dilaporkan kepada bursa. Baik perusahaan maupun penjamin emisi tidak mengungkapkannya.”
FSS juga mencatat bahwa perjanjian bagi hasil antara pemegang saham utama dan PEF harusnya diungkapkan dalam laporan pendaftaran sekuritas untuk memberikan informasi kepada calon investor. Para ahli hukum terbagi pendapat: beberapa menganggap informasi ini penting bagi investor publik, sementara lainnya berpendapat bahwa sebagai perjanjian pribadi, hal ini mungkin tidak relevan untuk proses IPO.
Pentingnya Transparansi
Kontroversi seputar IPO HYBE menunjukkan pentingnya transparansi dalam dunia investasi. Meskipun IPO HYBE membawa kesuksesan besar secara finansial, pengungkapan yang tidak memadai atas perjanjian pemegang saham menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan perlindungan investor publik. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi perusahaan lain dalam memastikan semua informasi material diungkapkan dengan jelas selama proses IPO.